Belasan Rakit PETI Menari Bebas di Gunung Kesiangan: Warga Resah, Aparat Ditunggu Tegas

Belasan Rakit PETI Menari Bebas di Gunung Kesiangan: Warga Resah, Aparat Ditunggu Tegas
BENAI — Suara mesin dompeng kembali meraung di atas aliran Sungai Kuantan, tepatnya di kawasan Tembuku, Desa Gunung Kesiangan, Kecamatan Benai. Malam maupun siang, deru itu terdengar jelas, seakan menantang siapa pun yang pernah berjanji untuk menghentikannya.
 
Sudah hampir sepekan, sekitar 15 rakit Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) bebas beroperasi di lokasi itu. Pemandangan ini membuat warga yang tinggal tak jauh dari bantaran sungai semakin resah.
 
“Kami resah karena rakit PETI ini sudah hampir seminggu beroperasi di Tembuku. Jumlahnya sekitar 15 rakit. Padahal sudah jelas dilarang, dan Bupati bersama aparat pernah menegaskan tidak boleh ada lagi PETI di Kuansing,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya kepada awak media, Minggu (7/9/2025).
 
Janji Tinggal Janji?
 
Masih segar dalam ingatan masyarakat, ketika Bupati Kuansing H. Suhardiman Amby, bersama pemangku adat, tokoh masyarakat, hingga jajaran TNI-Polri, pernah berdiri di hadapan publik dengan satu ultimatum: PETI harus dihentikan. Kala itu, marwah daerah dipertaruhkan.
 
Namun, kenyataan di Sungai Gunung Kesiangan hari ini seakan menjadi ujian nyata. Rakit-rakit itu tak hanya melanggar aturan, tetapi juga menampar komitmen bersama.
 
“Kami minta aparat jangan tinggal diam. Segera ditindak tegas, tangkap para pelaku, dan musnahkan rakit-rakit PETI itu. Kalau dibiarkan, mereka akan semakin berani dan dampaknya merusak lingkungan serta masyarakat sekitar,” tegas warga tersebut.
 
Dilema Kuansing Zero PETI
 
Pemerintah daerah sudah menggaungkan jargon ‘Kuansing Zero PETI’ sebagai ikhtiar menegakkan aturan dan menjaga ekologi. Tetapi di lapangan, penegakan hukum justru kerap terhenti di tengah jalan. Mesin dompeng masih berdengung, rakit masih menancap di badan sungai, dan hasil tambang ilegal masih berpindah tangan.
 
PETI bukan hanya soal emas. Ia adalah soal ketidakadilan sosial, ketegasan aparat, dan konsistensi pemerintah. Di satu sisi, masyarakat kecil menjadi penonton kerusakan lingkungan, sementara para pelaku terus mengeruk keuntungan dengan terang-terangan.
 
Masyarakat Menunggu Langkah Nyata
 
Kini, semua mata tertuju pada aparat penegak hukum dan pemerintah daerah. Mampukah janji-janji yang pernah diucapkan itu diwujudkan? Atau, jangan-jangan rakit PETI di Tembuku hanyalah permulaan dari gelombang baru penambangan ilegal di Kuansing?
 
Waktu akan menjawab. Sementara itu, suara mesin dompeng masih bergema, meninggalkan keresahan yang terus mengendap di hati masyarakat Gunung Kesiangan.

Laporan : Supriadi (Kontributor Lapangan)

#Bupati Kuansing #Suhardiman Amby #Tambang Emas Ilegal #Ultimatum